Bandung menjelang Pagi
| Collection Location | PERPUSTAKAAN SMPK PENABUR CIREBON |
| Edition | Cetakan 1 |
| Call Number | 895 BRI b |
| ISBN/ISSN | 978-979-794-811-5 |
| Author(s) | Brian Khrisna Juliagar R.N |
| Subject(s) | Fiksi |
| Classification | 895 |
| Series Title | GMD | Text |
| Language | Indonesia |
| Publisher | Mediakita |
| Publishing Year | 2024 |
| Publishing Place | Jakarta |
| Collation | iv + 300 hlm; 14 x 21 cm |
| Abstract/Notes | Ketika pagi menjelang, Kota Bandung tampaknya berubah menjadi kota yang berbeda. Malam tampak begitu panjang dan kelamnya mencekam melebihi para pemadat, bandit, anggota geng motor, tukang judi, tukang vandalisme. Mereka semua berkeliaran bagai tikus-tikus got ketika air tersumbat dan meluap. Di kota kembang ini, hidup bocah berandalan bernama Dipha yang mampu kerja serabutan. Ia menjadi pelayan kafe di Braga, jualan bacang di Asia Afrika, menjadi buruh kain di Tamin, dan menjadi buruh kertas di Pajagalan. Apa saja ia kerjakan untuk bertahan hidup. Kemampuannya untuk menuntaskan pekerjaan apa pun itu, akhirnya membawa Dipha bertemu dengan Vinda, sosok gadis misterius bernama yang memaksa dicarikan tempat tinggal dengan syarat-syarat yang tidak masuk akal. Takdir seolah mempermainkan Dipha, karena satu-satunya tempat yang masih kosong adalah kontrakan petak yang lokasinya tepat di seberang tempat tinggal Dipha. Secara terpaksa, Vinda akhirnya tinggal di kontrakan itu. Vinda sangat mencintai Kota Bandung, bertolak belakang dengan Dipha yang sudah mengetahui kejelekan kota yang dibanggakan itu saat menjelang pagi. Braga, Asia Afrika, Dago, Kalipah Apo, Jembatan Layang Pasupati, Banceuy, Astana Anyar, Jalan ABC, dan banyak jalan tikus lainnya di Kota Bandung, menjadi saksi bisu tumbuhnya cinta di antara mereka berdua. Namun, mereka berdua suka lupa, bahwa sejatinya, Kota Bandung memiliki oleh-oleh paling khas: patah hati. |
| Specific Detail Info | |
| Image | ![]() |
| Back To Previous |

